24 Maret 2010 jam 12:59
Allah memang selalu adil terhadap semua umat-umatnya.Dulu aku tak percaya dengan petuah itu.Aku selalu menganggap Allah tak pernah adil padaku.tapi sahabatku telah menyadarkan aku bahwa Allah sebenarnya Maha seadil-adilnya.
Sahabatku Renata.ya…sahabat sejatiku.Sahabat sejati karena dia akan selalu ada ketika aku sedih ataupun senang.Anaknya selalu terlihat ceria dan mudah bergaul dengan siapapun.Ketika aku sedih,dia selalu menghiburku dengan banyolanya yang cukup membuat perutku kram karena ulahnya yang lucu.Tapi kadang dia bisa jadi anak yang sangat dewasa.
Aku memang dilahirkan dari keluarga yang serba kecukupan.Namun semua yang serba kecukupan itu tak membuatku bahagia.Justru hal itulah yang membuatku merasa jauh dari orang tuaku.Merka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka.jarang sekali kami menghabiskan waktu bersama bahkan untuk bertatapan muka saja sangat jarang.Di tambah lagi karena perberbedaan pendapat Ayah dan Ibupun tak jarang bertengkar menuruti ego masing-masing.
“ Aku ngerasa bosen banget Ren.orang tuaku terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka.dan satu lagi yang membuatku ngerasa gak betah,mereka sekarang sering sekali bertengkar menuruti ego masing-masing.terlalu banyak masalah yang timbul Ren.bahkan masalah sepelepun bisa jadi besar.” curhatku ketika kami pulang sekolah.
“ Jangan terlalu difikirkan Tan.memang dalam berumah tangga itu tak selamanya berjalan mulus.kadang juga ada kerikil-kerikil kecil yang menghalangi.klo mulus terus nggak seru donk Tan.iya kan? ” jawabnya dengan lagak sok tau.
Jawaban seperti itulah yang sering terurai setiap aku mengeluhkan masalahku.Jawaban-jawaban yang agak nyeleneh tapi selalu menenangkan hati.Tapi sebenarnya dia itu sangat dewasa.Menurutku malah lebih dewasa dari umurnya sekarang.Karena dia baru kelas 2 SMA,itu luar biasa bagiku karena aku sendiri yang seumuranya kadang berfikiran seperti anak-anak.Namun kedewasaan itulah yang membuatku kagum.Tak pernah sedikitpun aku mendengar dia mengeluh soal masalahnya.Sangat berbeda denganku yang selalu mengeluhkan masalahku.Sering aku berfikir kenapa aku tak bisa seperti dia,padahal usia kami sepantaran.
Setelah selang 2 minggu berikutnya keadaan keluargaku tak kunjung membaik.Bahkan aku sempat cerita pada Renata tentang rencanaku untuk kabur dari rumah.Renata sangat tidak setuju dengan rencanaku ini.Dia mengatakan bahwa Tak Seberapa Perbuatanmu Sekarang tapi Tak Terbayangkan Penyesalanmu di Kemudian Hari.Dan ketika emosiku memuncak dari situlah aku tau betapa aku beruntung memiliki sahabat seperti Renata.
“ Kenapa Allah tak pernah adil padaku,Ren?!!kenapa kehidupanku tak semulus kehidupan-kehidupan orang lain!hidupku berkecukupan tapi kenapa hanya untuk merasakan kebahagiaan sedikit saja sangat susah?!!keluargaku sebentar lagi akan berantakan!!!Ayah dan Ibuku memutuskan untuk bercerai Ren!dan disaat itu pula kekasihku sendiri Ren!!kekasihku sendiri yang kuanggap sebagai sandaran bagiku ketika aku rapuh!sekarang pergi meninggalkan aku Ren!!aku sendiri Ren!!aku sendiri….” kataku pada Renata ketika aku menumpahkan semua kekesalanku.
“ Kamu nggak sendiri Tania.aku ada disini.aku ada untuk kamu.Aku sahabatmu ada untukmu.dan pecayalah keadaan ini akan membaik.semua masalah akan selesai.terlalu dini untuk menyerah,Tan.Dan satu lagi Allah Maha Adil,Tan.Allah Maha Adil terhadap semua umat-Nya tanpa terkecuali.”
“ Kamu bisa bicara seperti itu karena kamu tak pernah merasakan apa yang sedang aku rasakan.kamu tidak tau,Ren!! ”
“ Memang aku tidak tau.tapi menurutku masalahmu sekarang tidak sebanding dengan masalah yang pernah aku alami.”
“ Masalah apa?!masalah apa yang pernah kamu alami? ” kataku penuh tanya.
” Suatu saat kamu akan tau.kamu seharusnya bersyukur Tania.kamu masih mempunyai keluarga yang utuh.Ayah dan Ibumu masih mendampingi kamu.ya...walaupun saat ini sedang ada masalah.tapi aku yakin keadaan ini akan segera membaik.”
” Tapi mereka akan berpisah,Ren...”
” Jangan putus asa untuk mencoba mendamaikan mereka,aku yakin seemosi-emosinya mereka tapi mereka pasti mau mendengar kata-kata anaknya.kamu tau kan dalam sebuah usaha pasti ada jalan.dan kamu belum mencobanya bukan? ” kata Renata menyakinkan aku.
Aku hanya termangu mendengar kata-katanya.Benar kata Renata aku harus berusaha untuk mempertahankan keluargaku.
Dan benar saja,tak lama dari percakapanku dengan Renata waktu itu keluargaku kembali normal dan aku sangat bersyukur.Ayah da Ibuku akhirnya mau mendengarkan kata-kataku.Aku mengatakan kepada mereka bahwa aku tersiksa dengan semua keadaan ini,dan mereka mau mengerti.akhirnya mereka berdamai dan tidak jadi bercerai.Hal ini juga berkat sahabatku,Renata.
Namun selang satu minggu kemudian,berita mengejutkan itupun terdengar.Berita yang benar-benar sangat mengejutkan.Renata sahabat sejatiku pergi untuk selama-lamanya.Sempat aku tak pecaya dengan berita yang kudengar.Memang sudah 3 hari ini dia tidak masuk sekolah karena sakit.Bahkan aku sempat menjenguknya dirumah sakit ketika dia dirawat.Tapi Renata mengatakan bahwa dia hanya demam biasa.Dan bodohnya aku tak menyangka kalau dia sedang berbohong padaku.Ternyata dia telah mengidap gagal ginjal sejak dia berumur 10 tahun.
Setelah mendengar berita itu,aku langsung menuju rumah Renata.Sesampainya disana terlihat banyak wajah murung terbalut kesedihan.Disana-sini bergema bacaan ayat-ayat suci mengiringi kesedihan itu.
Kulihat Renata,sahabat yang selalu memahamiku,kini terbujur kaku tak berdaya.Aku mendekat kesisinya.Perlahan-lahan kubuka kain putih yang menutupi wajahnya.Tangiskupun tak terbendung lagi.Air mataku mengalir tak bisa kutahan lagi.kupeluk tubuhnya dan kucium pipinya.Dingin...tak sehangat dulu lagi.keceriaanya yang dulu selalu mewarnai wajahnya kini telah hilang.petuah-petuah yang dulupun tak terdengar lagi.
Namun walaupun tubuhnya terlihat kaku dan dingin.Tapi wajahnya tak menyiratkan penderitaan dan kesedihan apapun.Yang terlihat hanyalah kedamaian,dan aku baru melihat wajahnya sedamai ini ditidurnya yang panjang.
Aku terkejut ketika seseorang memegang pundakku.Ternyata Ibu Renata.Bu Ratih namanya.Wajahnya sayu dan kedua matanya lebam.Kesedihan mendalam terpancar dari rona wajahnya.Ibu Ratih membungkukkan badanya lalu duduk disampingku.
” Kamu pasti sangat terkejut nak mendengar berita ini? ” kata Ibu Renata memulai percakapan.
” Benar Bu.Saya sangat tidak menyangka kalau Renata begitu cepat meninggalkan kita.dan yang saya sesalkan,kenapa saya sebagai sahabatnya tidak tau kalau Renata mengidap gagal ginjal.” jawabku dengan nada bergetar.
” Ibu sendiri baru mengetahuinya 2 tahun yang lalu nak Tania.padahal dia sudah mengidap penyakit itu sejak dia berumur 10 tahun.coba bayangkan nak betapa bersalahnya Ibu baru mengetahuinya setelah penyakit itu bersarang ditubuhnya selama 8 tahun.Ibu merasa tidak berguna ketika di merasakan penderitaan ini.” suara Ibu Ratih yang mulai menangis lagi.
” Tenang Bu.Ibu jangan merasa terlalu bersalah.kenapa Ibu tidak berusaha mengobatinya dengan membawa kedokter ahli? ”
” Sudah berulang kali Ibu ingin membawanya berobat keluar negeri supaya bisa ditangani oleh dokter ahli,tetapi Renata selalu menolak.dia juga mengatakan agar tidak mengatakan penyakitnya terhadap siapapun.dia tidak ingin orang lain mencemaskan keadaannya.Ibu tidak bisa menolak permintaannya itu.Ibu tidak berdaya ketika melihat matanya itu.dan sekarang Ibu menyesal nak....” kali ini tangis Ibu Ratih memecah.
” Ibu...Ibu harus tegar.kalau Ibu seperti ini dan terus merasa bersalah pasti Renata sangat sedih melihatnya.semua ini bukan sepenuhnya kesalahan Ibu.bukannya ini kemauan Renata.Renata pasti tahu apa resiko yang akan dia hadapi kalau tidak mau berobat.dan aku yakin dia telah memikirkan semua ini.jadi sekarang Ibu harus merelakan kepergian Renata ya Bu.” kataku menenangkan Ibu Ratih.
” Ibu beruntung memiliki anak sepeti Renata.dia tidak pernah membuat Ibu sulit ataupun sedih.” cerita Ibu tentang Renata.
” Renata memang anak yang luar biasa.dia mampu membuat orang lain tertawa cerita,sementara dibelakang dia sangat rapuh.” kataku mengingat keceriaan Renata.
Setelah kepergian Renata,hampir setiap minggu aku berkunjung kerumahnya hanya untuk mengobati rasa rinduku terhadap sahabatku itu.Dari beberapa kunjungan itu aku baru tau jika kata-kata Renata dulu memang benar bahwa penderitaanya tak sebanding dengan penderitaanku.Ibu Ratih bercerita bahwa sebenarnya dia bukanlah Ibu kandung Renata.Ibu Ratih mengadopsi Renata dari Panti Asuhan ketika Renata berumur 7 tahun.Ibu kandung Renata pergi meninggalkan Renata di Panti Asuhan waktu Renata berumur 4 tahun.Ibu kandungnya mengatakan akan kembali untuk mengambil Renata.Namun harapan tinggalah harapan.Ibunya tidak kembali lagi dan menghilang entah kemana.
Ternyata penderitaan Renata lebih besar dibandingkan dengan masalah keluargaku.Aku jadi sadar arti pentingnya bersyukur atas semua hal yang diberikan Allah padaku.dan sekarang keluarga aku sudah rukun kembali,sekarang juga orang tuaku sudah bisa membagi waktu antara pekerjaan dengan keluarga.
Aku merasa bahagia sekarang dan Renata akan selalu jadi sahabat sejatiku,dulu,kini dan nanti.Sampai kapanpun dia adalah sahabat terbaikku.Akan selalu kuingat semua nasihatmu sahabat.Dan selamat jalan sahabat sejatiku...semoga kamu damai berada disisinya...Amien....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar